24 Mei 2011

EKSTRAKSI ALGINAT

EKSTRAKSI ALGINAT


Oleh :

Nama : Rina Andriyani

NIM : B1J009052

Kelompok : 3

Rombongan : I

Asisten : Anna Laura Silaban

LAPORAN PRAKTIKUM FIKOLOGI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGI

PURWOKERTO

2011

I. PENDAHULUAN

A. latar Belakang

Rumput laut (seaweed) termasuk salah satu anggota alga yang merupakan tumbuhan berklorofil. Rumput laut terdiri dari satu atau banyak sel, berbentuk koloni, hidupnya bersifat bentik di daerah perairan yang dangkal, berpasir, berlumpur atau berpasir dan berlumpur, daerah pesut, jernih dan biasanya menempel pada karang mati, potongan karang dan substrat kasar lainnya, baik terbentuk secara alamiah atau buatan (artifisial).

Soegiarto mengemukakan bahwa bentuk luar tanaman ini tidak mempunyai perbedaan susunan kerangka antara akar, batang, dan daun.Keseluruhan tanaman ini merupakan batang yang dikenal sebagai talus.Bentuk talus rumput laut ada bermacam ragam, ada yang bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong, seperti rambut dan lain sebagainya, thalli ini ada yang tersusun oleh satu sel (uniseluler) atau oleh banyak sel (multiseluler).

Rumput laut merupakan salah satu komoditas ekspor penghasil devisa. Di Indonesia terdapat 555 jenis rumput laut dan empat jenis dikenal sebagai komoditas ekspor yaitu: Eucheuma sp., Gracillaria sp., Gelidium sp. dan Sargassum sp. S. polycystum merupakan alginofit (penghasil alginat) yang termasuk dalam kelas Phaeophyceae, famili Sargassaceae. Phaeophyceae merupakan sumber karbohidrat yang disebut laminaran yang menghasilkan algin atau alginat. Alginat merupkan salah satu kelompok polisakarida yang terbnetuk dalam dinding sel alga coklat, dengan kadar mencapai 40 % dari total berat kering dan memegang peranan penting dalam mempertahankan struktur jaringan alga.

Rumput laut akan bernilai ekonomis setelah mendapatkan penanganan lebih lanjut. Umumnya penanganan pasca panen rumput laut oleh petani hanya sampai pada pengeringan saja.rumput laut kering masih merupakan bahan baku dan masih harus diolah lagiselain dapat digunakan langsung sebagai bahan makananPengolahan rumput laut antara lain menghasilkan agar, karaginan dan alginat. masyarakat umum, khususnya masyarakat nelayan rumput laut sering hanya dikonsumsi langsung tanpa mengalami pengolahan. Masakan yang menggunakan bahan dasar rumput laut antara lain agar-agar, jelly, dodol, selai, rumput laut goreng, tumis dan lain–lain. Industri pengolahan di Indonesia masih secara tradisional dan semi tradisional, untuk alginat masih sangat jarang diolah di Indonesia.alginat diekstrak dari rumput laut coklat (Phaeophyceae).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ektraksi alginat ini yaitu untuk mengetahui proses ekstrasi alginate dan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi dari tiap-tiap tahapan ekstraksi.

C. Tinjauan Pustaka

Makroalga tercatat sebagai salah satu biota laut yang memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi.Beberapa penelitian dilakukan untuk menghasilkan produk-produk yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia.Salah satu caranya adalah dengan mengisolasi makroalga.Produk dari makroalga berupa polisakarida yang memilii nilai ekonomis berupa alginat (Rasyid, 2005).

Algin merupakan polimer murni dari asam uronat yang tersusun dalam bentuk rantai linier yang panjang (Winarno, 1990). Standar mutu alginat yang digunakan dalam industri yaitu pH algin bervariasi dari 3,5-10, dengan viskositas (1% larutan alginat, 25oC) 10-5000 cps; dan kadar air 5-20% dengan ukuran partikel 10-200 mesh (Winarno, 1990).

Kandungan alginat dari rumput laut cokelat sangat bervariasi tergantung dari tingkat kesuburan perairan, musim, bagian dari tanaman yang diekstrak dan jenis rumput laut. Upaya memproduksi alginat di Indonesia masih belum optimal, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian-penelitian guna meningkatkan kandungan alginat, diantarnya melalui optimasi ekstraksi alginat (King, 1983).

Optimalisasi proses ekstraksi sangat penting. Terutama proses hidrolisa asam karena apabila ekstraksi dilakukan pada suasana asam dan suhu terlalu tinggi menyebabkan alginate akan mudah terhidrolisis sehingga akan menurunkan rendemen dan mutu tepung alginat yang didapat. Apabila alginat dapat diekstrak dengan baik maka dapat menghasilkan nilai tambah pada rumput laut penghasil alginat tersebut (Winarno, 1986).

Algin adalah sejenis bahan yang dikandung oleh Phaeophyceae dikenal dalam dunia industri dan perdagangan karena banyak manfaatnya. Dalam dunia industri algin berbentuk asam alginik atau alginat. Asam alginik adalah suatu getah selaput, sedangkan alginat adalah bentuk garam dari asam alginik. Garam alginat ada yang larut dalam air yaitu sodium alginat, potasium alginat dan amonium alginat, sedangkan yang tidak larut dalam air adalh kalsium alginat (Aslan, 2006).

Alginat merupkan salah satu kelompok polisakarida yang terbnetuk dalam dinding sel alga coklat, dengan kadar mencapai 40 % dari total berat kering dan memegang peranan penting dalam mempertahankan struktur jaringan alga. Alginat disintesa pertama kali oleh Stanford pada tahun 1880. Alginat merupakan salah satu kopolimer dari Asam L-guluronat dan asam D-mannuronat. Alginat terdiri dari 3 macam struktur yaitu homopolisakarida yang merupakan bentuk selang-seling asam α-1,4-L-guluronat dan asam β-1,4-D-mannuronat Anullman (1998). Alginat sebenarnya merupakan komponen utama dari getah ganggang coklat dan merupakan senyawa penting dalam dinding sel. Secara kimia alginat merupakan polimermurni dari asam uronat yang tersusun dalam bentuk rantai linier yang panjang (Stephen, 1995).

Alginat berfungsi sebagai pemelihara bentuk jaringan pada makanan yang dibekukan, counteract penggetahan dan dan pengerasan dalam industri roti berlapis gula, pensuspensi dalam sirop, pengemulsi dalam salad dressing, serta penambah busa pada industri bir. Di bidang bioteknologi, alginat digunakan sebagai algin-immobilisasi sel dari yeast pada produksi alkohol. Di bidang farmasi dan kosmetik, alginat dimanfaatkan dalam bentuk asam alginat atau garam sodium alginat dan kalsium aginat (Anggadiredja et al., 1993)

II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ekstraksi alginat adalah pH meter, timbangan digital, oven, tabung ukur, ember,hot plate,kain kasa/saringan 100 mesh, bejana, freezer, dan blender. Bahan yang digunakan adalah rumput laut Sargassum polycystum, KOH 2 %, NaCO37 %,NaOH 0,5 %, NaOH 10 %, HCl 5 %, H2O2 6 %, alkohol 95 %.

B. Metode

Tahapan cara kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah:

1. Persiapan

Rumput laut yang digunakan adalah Sargassum polycystum.Rumput laut yang kering ditimbang seberat 60 gram.

2. Perendaman

Rumput laut kering dicuci dengan air bersih dan dilakukan perendaman.Perendaman rumput laut dilakukan tiga kali.Pertama, rumput laut direndam dalam larutan KOH 2 % selama 30 menit. Kedua, NaOH 0,5 % selama 30 menit dengan perbandingan 10:1. Ketiga, rumput laut direndam dalam larutan HCl 0,5 % selama 30 menit dengan perbandingan 10:1 lalu dicuci dengan air mengalir selama 5 menit.

3. Ekstraksi

Dilakukan dengan menambahkan larutan Na2CO37 % kedalam larutan dengan perbandingan 10:1 dan dipanaskan pada suhu 50oC dengan ekstraksi selama 7 jam.

4. Penyaringan

Hasil yang didapat kemudian disaring dengan kain kassa ukuran 100 mesh.

5. Pengasaman

Larutan hasil penyaringan kemudian diasamkan dengan menambahkan HCl 5 % hingga memperoleh pH 2,8-3,2 selama 5 jam.

6. Pemucatan

Pemucatan dilakukan selama 1 jam dengan menambahkan H2O2 6 % dengan perbandingan 1:1 ke dalam larutan.

7. Pengedapan

Tahap ini dilakukan dengan menambahkan NaOH 10 % hingga mencapai pH 8,5-9,0. Perlakuan ini dilakukan selama 5 jam. Melalui proses ini dihasilkan larutan garam alginat dan air.

8. Pemurnian.

Garam alginat yang terdapat dalam larutan dimurnikan dengan menambahkan alkohol 95 % dengan perbandingan 1:1.

9. Pengeringan

Hasil tersebut dihasilkan dijemur dibawah sinar matahari atau didalam oven dengan suhu 60oCselama 3-5 hari kemudian digiling atau diblender.

10. Analisis Hasil

Garam aginat yang didapat kemudian dihitung rendemen. Adapun kandungan rendemen alginat dapat dihitung dengan menggunakan metode yang dilaporkan oleh Colloids dalam Sarjana dan widia (1998) dengan rumus:

Rendemen alginat = x 100 %

Diagram Alir Pembuatan Alginat

Rumput laut Sargassum polycystum


Perendaman, KOH2 % selama 30 menit, rasio (1:1)

Dicuci dengan air mengalir selam 5 menit

Perendaman, NaOH 0,5 %, 30 menit, rasio (10:1)

Perendaman, HCl 0,5 %, 30 menit, rasio ( 10:1 )


Ekstraksi, Na2CO3 5 %, 2 jam, suhu 50oC, rasio (10:1)


Penyaringan


Pengasaman, HCl 5% (pH 2,8-3,2 ) selama 5 jam


Pemucatan, H2O2 6 %, rasio ( 1:1 ) selama 1 jam

Pengendapan, NaOH 10 % ( pH 8,5-9,0 ) selama 5 jam


Pemurnian, alkohol 95 %, rasio ( 1:1 )


Pengeringan, dijemur atau di oven ( 600C ) selama 3-5 hari

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 1. Ekstrasi alginat

Tabel. Hasil ekstraksi alginat

Tahapan ekstraksi

Tujuan

Hasil ekstraksi

Perendaman KOH2 % (30’)

Pelunakan dinding sel rumput laut dan menghilangkan garam dan zat organik yang menempel pada Sargassum polycistum

Larutan menjadi coklat

Perendaman NaOH 0,5 % (30’) 10:1

Pelunakan dinding sel rumput laut dan menghilangkan garam dan zat organik yang menempel pada Sargassum polycistum

Warna hitam dan agak lunak

Perendaman HCl 0,5 % (30’) 10 :1

Pelunakan dinding sel rumput laut danmenghilangkan garam dan zat organik yang menempel pada Sargassum polycistum

Warna hitam lebih lunak

Ekstraksi Na2CO37 % (pH2,8-3,2) 5 jam

Untuk memperoleh filtrat dan pemisahan dari selulosa / untuk mengeluarkan alginat dari dinding sel & selulosa / untuk mengekstrak kandungan alginat

Warna coklat kehitamanan dan sangat lunak

Penyaringan, dengan saringan kassa ukuran 100 mess

Untuk memperoleh filtrat dan pemisahan dari selulosa

Filtrat berwana coklat hitam (alginat)

Pengasaman HCl 5 % pH (2,8-3,2), 5 jam

Untuk memisahkan mineral ( demineralisasi)

Warna coklat dan ada busa

Pemucatan dengan H2O2 6 % (1:1) pH 8,5-9,0 selama 1 jam

Untuk pemucatan, mendegradasi warna (coklat menjadi putih), dan sebagai oksidator

Larutan berwarna coklat dan ada busa

Pengendapan NaOH 10 % pH (8,5-9,0), 5 jam

Untuk memisahkan Natrium alginat dengan Asan alginat

Warna menjadi coklat jernih

Pemurnian alkohol 95 % (1:1)

Untuk pemurnian dan untuk menarik air yang tersisa

Ada gumpalan Alginat dengan residu

Pengeringan dalam oven dengan suhu 600C selama 3-5 hari

Untuk menghilangkan kadar air yang tersisa

Terbentuk alginat warna coklat muda

Rendemen alginat = x 100 %

Rendemen alginat = x 100 %

Rendemen alginat = 13,28 %


B. Pembahasan

Rumput laut yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah Sargassum polycistum. Sargassum polycistummemiliki ciri-ciri yaitu, bentuk tahllus umumnya silindris atau gepeng, cabangnya rimbun menyerupai pohon di darat, bentuk daun melebar, lonjong, atau pedang, mempunyai gelembung udara (baldder) yang umumnya soliter, panjangnya mencapai 7 meter. Zat yang diestraksi dari alga ini berupa alginat yaitu suatu garam asam alginik yang mengandung ion sodium, kalsium, dan barium (Aslan,1991).

Rumput laut adalah makro alga laut, yang mampu meningkatkan hasil dan kualitas komponen penting dari sumber kekayaan hayati laut yaitu menginduksi hasil tanaman, perkecambahan biji, perlawanan dunia. Rumput laut tersebar luas di perairan pantai yang dangkal uang terdapat es, jamur dan serangan-seranggalaut, muara dan terbelakang. Rumput laut begitu berharga bagi petani. Rumput laut biasanya tumbuh secara vertikal di pantai masih digunakan dalam pertanian baik danjauh dari substratum yang membawa untuk hortikultura (Erulan et al.,2009).

Faktor lingkungan utama seperti cahaya, digunakandalam pertanian modern untuksuhu, salinitas, gerakan air dan hara menggunakan makro alga laut sebagai pupuk. Rumput laut digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu hijau Caulerpa recemosa dan Gracilaria edulis pada pertumbuhan (Chlorophyceae), konstituen coklat (Phaeophyceae) dan merah dan biokimia catajung Vigna (Rhodophyceae) berdasarkan pigmen yang telah dipelajari. Konsentrasi terendah (10%) dariklorofil, karotenoid dan phycobiliproteins. ekstrak air mempromosikan pertumbuhan bibit, dalam pertanian berkembang membutuhkan lebih banyak dan berat kering, kadar klorofil, protein, aminopupuk untuk hasil yang lebih tinggi untuk memenuhi makanan manusia. Ekstrak rumput laut mengandung pertumbuhan tanaman catajung (Erulan et al., 2009).

Menurut Widya (2008) klasifikasi Sargasum polycystum adalah sebagai berikut :

Divisi : Phaeophyta

Kelas : Phaeophyceae

Bangsa : Fucales

Suku : Sargasaceae

Marga : Sargasum

Jenis : Sargasum polycystum

Alginat merupakan suatu kopolimer linear yang terdiri dari dua unit monomerik, yaitu asam D-mannuronat dan asam L-guluronat. Alginat terdapat dalam semua jenis algae coklat (Phaeophyta) yang merupakan salah satu komponen utama penyusun dinding sel. Alginat yang ditemukan dalam dinding sel algae coklat tersebut terdiri atas garam-garam kalsium, magnesium, natrium dan kalium (Kirk dan Othmer, 1994).

Beradasarkan hasil perhitungan alginat didapatkan kandungan alginat sebesar 13,28 %. Hasil ini tidak sesuai dengan pernyataan dari Anggadireja et al, (1996) kisaranya yaitu 8 hingga 32 % tergantung jenis, musim dan kondisi perairan tempat tumbuhnya Sargassum polycystum. Kondisi lingkungan tersebut mempengaruhi laju fotosintesis rumput laut sehingga berpengaruh pada pertumbuhan rumput laut yang pada akhirnya juga berpengaruh pada alginat yang dihasilkan. Hal ini ditegaskan oleh Soviyeti (1990), yang menyatakan bahwa pertumbuhan rumput laut ditentukan oleh tempat tumbuhnya. Laju pertumbuhan, fotosintesis dan respirasi pada rumput laut cenderung berkorelasi dengan suhu, cahaya, pH dan nutrien tempat tumbuhnya. Suhu berpengaruh terhadap hasil rendemen alginat.

Warna coklat senyawa alginat yang dihasilkan olehSargasumpolycystum. Hal ini disebabkan olehadanya pemucatan yang kurang baik yaitu dengan H2O2 dimana seharusnya terjadi degradasi warna menjadi putih dan ini kurang baik untuk produk pangan maupun non pangan. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Murtini et al., (2000), bahwa tanpa perlakuan pemberian pemucatan terhadap ekstraksi natrium alginat, tidak akan diperoleh natrium alginat yang sesuai dengan standar Food Chemical Codex (FCC).

Alginat diekstrak dari rumput laut coklat (Phaeophyceae), misalnya Laminaria dan Sargassum. Asam alginat adalah suatu polisacharida yang terdiri dari D-mannuronic acid dan L-guluronic acid yang merupakan asam-asam karbosiklik (R-COOH) dengan perbandingan mannuronic acid/guluronic acid antara 0,3–2,35. Alginat biasanya digunakan dalam bentuk garam misalnya garam Sodium, Calsium, Potasium dan Amonium dan juga dalam bentuk ester seperti Propylene glycol alginat.Sodium alginat komersil mempunyai berat molekul antara 32.000–200.000 dengan derajat polimer 180 – 930. Asam alginat dan garam Calciumnya sangat sedikit larut dalam air, sedangkan garam Sodium, Potasium dan Amonium serta Propylene esternya larut dalam air panas dan air dingin (Junianto, 2010).

Proses ekstraksi rumput laut coklat dilakukan dalam suasana basa bertujuan untuk memisahkan selulosa dan alginat. Bahan pengekstrak yang dapat digunakan adalah Na2CO3 dan NaOH (Basmal, et al., 2001). Na2CO3 berfungsi untuk mengekstrak kandungan alginat yang terdapat didalam talus rumput laut coklat.Kecepatan ekstraksi alginat yang ada dalam talus sangat tergantung pada konsentrasi Na2CO3, suhu dan lama waktu ekstraksi yang diberikan (Basmal et al., 1998). NaOH yang merupakan salah satu golongan senyawa alkali dalam proses ekstraksi rumput laut berfungsi membentuk natrium alginat dari asam alginat (Basmal et al., 2001). Proses ekstraksi alginat juga menggunakan HCl yang berfungsi dalam demineralisasi (Susanto et al., 2001).

Menurut Istiani, et al. (2006) tahapan ekstraksi meliputi:

Ø Sebelum diolah rumput laut dibersihkan dari kotoran-kotoran seperti pasir dan pecahan-pecahan batu karang. Pencucian dilakukan dengan menyemprotkan air. Supaya bisa disimpan agak lama, rumput laut perlu dikeringkan. Pengeringan dapat menggunakan sinar matahari atau alat-alat pengering misalnya drum dryer, kemudian disimpan dalam gudang. Bila kontinuitasnya terjamin, rumput laut dapat langsung diolah tanpa dikeringkan dahulu.

Ø Rumput laut kering dari gudang penyimpanan sebelum diolah lebih lanjut dicuci kembali dangan air untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang mungkin terikut selama penyim-panan dan transportasi.

Ø Untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang larut dalam alkali, rumput laut direndam dalam larutan 0,5% NaOH pada 50–60°C selama 30 menit.

Ø Kemudian direndam dalam 0,5% HCL pada temperatur ruang selama 30 menit untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang larut dalam asam dan juga untuk merubah garam-garam alginat dalam rumput laut menjadi asam alginat.

Ø Setelah dicuci dengan air panas 45°C selama 30–60 menit, rumput laut dipotong-potong untuk kemudian diekstraksi.

Ø Ekstraksi dilakukan pada 60–70°C selama 60 menit dengan larutan Na2CO3 12–13%. Untuk mempermudah pemisahan larutan alginat dengan residu, biasanya ditambahkan air sebanyak empat kali volumenya.

Ø Larutan alginat dipisahkan dari residu dengan floating tank, kemudian untuk memisahkan kotoran-kotoran yang terikut larutan dimasukkan kedalam pemisah centrifugal.

Ø Larutan dibersihkan dalam Bleaching tank dengan menambahkan larutan 12% NaOH e sebanyak 1/10 volume larutan.

Ø Pembentukan gel asam alginat dilakukan dengan menambahkan larutan 10% H2SO4 sebanyak 1/10 volume larutan alginat dan dimasukkan bersama-sama kedalam tangki coagulasi.

Ø Gel asam alginat dipisahkan dari larutan dengan filtrasi atau pemisah Centrifugal.

Ø Asam alginat dirubah menjadi sodium alginat dengan menambahkan bubuk Na2CO3 dan metyl alkohol.

Ø Sodium alginat kemudian dipisahkan dari larutan dengan filtrasi. Metyl alkohol dalam filtrat dapat diambil kembali dengan distilasi.

Ø Sodium alginat dikeringkan dan dihaluskan menjadi bubuk 80–100 mesh. Alginat dalam pemanfaatannya berupa garam alginat yang larut dalam air

Alginat diekstrak dari rumput laut coklat (Phaeophyceae), misalnya Laminaria dan Sargassum. Asam alginat adalah suatu polisacharida yang terdiri dari D-mannuronic acid dan L-guluronic acid yang merupakan asam-asam karbosiklik (R-COOH) dengan perbandingan mannuronic acid/guluronic acid antara 0,3–2,35. Alginat biasanya digunakan dalam bentuk garam misalnya garam Sodium, Calsium, Potasium dan Amonium dan juga dalam bentuk ester seperti Propylene glycol alginat.Sodium alginat komersil mempunyai berat molekul antara 32.000–200.000 dengan derajat polimer 180 – 930. Asam alginat dan garam Calciumnya sangat sedikit larut dalam air, sedangkan garam Sodium, Potasium dan Amonium serta Propylene esternya larut dalam air panas dan air dingin.

Rumus struktur alginat adalah :

Menurut Chapman (1980) kadar air yang diperbolehkan untuk alginat adalah sebesar 5-20%. Semakin lama diekstrak, air akan diikat oleh alginat karena alginat merupakan hidrofilik maka makin banyak air yang terjebak. Kadar air dalam alginat menunjukkan banyaknya air yang masih terjebak dalam molekul alginat dan ini sebanding dengan daya viskositas alginat yang juga menunjukkan daya ikatnya.

Perbedaan kadar air terjadi karena masing-masing bahan mempunyai kemampuan menyerap air yang berbeda, dimana jumlah gugus COOH yang ada pada ekstrak alginat merupakan gugus hidrofilik yang menentukan kemampuan menyerap air yang berbeda. Ekstrak pada bagian pangkal lebih rendah karena secara fisiologis pada bagian pangkal lebih tua dan lebih lama serta lebih tebal. Ketebalan ini menunjukkan umur yang lebih lama dan banyaknya kandungan alginate (Soegiarto, 1978).

Standar mutu secara umum dari algin adalah pH 3,5-10, viskositas 10-5000 cps per 1% larutan air, kadar air 5-20%, logam berbahaya , arsen negatif. Ada pula penilaian lain bahwa mutunya tergantung penggunaan. Algin yang kan digunakan untuk campuran makanan harus bebas dari selulosa, berwarna putih terang. Algin dalam proses farmasi juga harus bebas dari selulosa dan berwarna putih bersih. Dalam industri lain, algin dapat mengandung sedikit selulosa dan berwarna coklat sampai jernih (Indriani dan Sumiarsih, 1999).

Alginat yang memiliki mutu food grade, harus bebas dari selulosa dan warnanya sudah dipucatkan (bleached) sehingga terang atau putih. Pharmacentical grade, biasanya juga bebas dari selulosa. Disamping grade tersebut, ada juga yang disebut industrial grade yang biasanya masih mengizinkan adanya beberapa bagian dari selulosa, dengan warna dari cokelat sampai putih. pH alginat bervariasi dari 3,5 – 10, dengan viskositas 10 – 5000 cps, kadar air 5 – 20% dan ukuran partikel 10- 200 mesh (Winarno, 1990).

Standar mutu Natrium alginat (Anonymous, 1981) :

Karakteristik

Natrium alginate

Kemurnian ( % bobot kering )

90,8 – 100%

Kadar As

< 3 ppm

Kadar Pb

< 10 ppm

Kadar Hg

< 0,004%

Kadar abu

18-27%

Kadar air

< 15%

Dari tabel diatas terlihat bahwa kadar abu merupakan batasan mutu dan nilainya diharapkan antara 18-27%, Kadar abu yang melebihi standar diperkirakan disebabkan karena adanya polusi pada perairan tersebut (Anonymous, 1981).

Kondisi lingkungan seperti jenis, musim dan kondisi perairan tempat tumbuhnya Sargassum duplicatum mempengaruhi laju fotosintesis rumput laut sehingga berpengaruh pada pertumbuhan rumput laut yang pada akhirnya juga berpengaruh pada alginat yang dihasilkan. Hal ini ditegaskan oleh Soviyeti (1990), yang menyatakan bahwa pertumbuhan rumput laut ditentukan oleh tempat tumbuhnya. Laju pertumbuhan, fotosintesis dan respirasi pada rumput laut cenderung berkorelasi dengan suhu, cahaya, pH dan nutrien tempat tumbuhnya. Suhu berpengaruh terhadap hasil rendemen alginat.

Indriani dan Sumiarsih (1994), menyatakan algin digunakan dalam industri:

a. Makanan: pembuatan es krim, serbat, susu es, roti, kue, permen, mentega, saus, pengalengan daging, selai, sirup dan pudding.

b. Farmasi : tablet, saleb, kapsul, plester, filter.

c. Kosmetik : krim, lotion, sampho, cat rambut.

d. Testil: kertas, kertas, keramik, fotografi, insektisida, pestisida dan bahan pengawet kayu.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :

1 Tahapan ekstraksi alginat yaitu persiapan, perendaman, ekstraksi, pengasaman, pemucatan, pengendapan, pemurnian, dan pengeringan.

2 Selama tahapan ekstraksi terjadi perubahan-perubahan dalam hal warna, tekstur dan bau.

3 Rendemen yang dihasilkan pada estraksi alginat yang menggunakan Rumput laut kering Sargasum polycystum 60 gram dan berat akhir 7,79 gram diperoleh bobot rendemen alginat sebesar 13,28 %.


DAFTAR REFERENSI

Anggadireja, J., Zatnika, A., Sujatmiko, W., Istiani, dan Noor, Z. 1993. Teknologi Produk Perikanan Dalam Industri Farmasi. Stadium General Teknologi dan Alternatif Produk Perikanan Dalam Industri Farmasi. IPB, Bogor.

Anonymous. 1981. Food Chemical Codex, Volume III. National Academic of Science. Washington DC.

Aslan, L.M. 1991. Budidaya Rumput Laut. Kanisius, Yogyakarta.

Atmadja, W.S., A.Kadi, Sulistijo dan R.Satari. 1996. Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut Indonesia. Puslitbang Oseanologi LIPI, Jakarta.

Basmal, J., Wikanta, T., Tazwir. 2001. Pengaruh Kombinasi Perlakuan Kalium Hidroksida dan Natrium Karbonat dalam Ekstraksi Natrium Alginat Terhadap Kualitas Produk Yang Dihasilkan. Jurnal Penelitian Pasca Panen Perikanan (V)1: 12-16.

Belitz, H.D. and Grosch W. (1982).Food Chemistry. Springer Verlag Berlin Heideberg New York, London, Paris, Tokyo.

Chapman, V.J. and D.J. Chapman.(1980). Seaweed and Teir UsesThird Edition.Chapman and Hall.

Erulan,V et al. 2009. Studies On The Effect Of Sargassum Polycystum (C.Agardh, 1824) Extract OnThe Growth And Biochemical Composition Of Cajanus Cajan (L.) Mill . American-Eurasian J. Agric. & Environ. Sci., 6 (4): 392-399, Issn 1818-6769. Centre Of Advanced Study In Marine Biology, Annamalai University. Parangipettai, Tamilnadu : India.

Indriani, H dan E. Suminarsih. 1999. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar Swadaya, Jakarta.

Istiani, S., A. Zatnika dan Suhaimi. 2006. Manfaat dan Pengolahan Rumput Laut. http://www.fao.org/docrep/field/003/AB882E/AB882E14.htm

King, H.K. 1983. Brown Seaweed Extract (Alginates). In Glicksman M (ed). Food Hydrocolloids.CRC Press Inc, Bocaraton Florida.

Kirk and Othmer. 1994. Encyclopedia of Chemical Technology Fourt Edition. Volume 12.John Wiley dan Sons, New York. 1091 pp

Murtini, J.T., n. Hak dan Yunizal. 2000. Pengaruh Perlakuan Asam Klorida dan Formaldehid pada Ekstraksi Rumput Laut Coklat Sargassum illicifolium terhadap Sifat Fisika-Kimia Natrium Alginat. Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta..

Soviyeti, B. 1990. Laju Pertumbuhn Dan Persentase Berat Kering Dari Alga Merah pada Metode Penanaman Rakit Terapung dan lepas Dasar di Perairan Pantai Geger, Nusa Dua Bali. Skripsi. Institute Pertanian, Bogor.

Stephen, M. (1995).Food Polyscharide and Their Aplication.Departement of Chemistry, University of Cape Town Rodenbosch, South Africa.

Susanto, T., S. Rakhmadino dan Muljianto. 2001. Karakterisasi Ekstrak Alginat dari Padina sp.. Jurnal Teknologi Pertanian 2 (2): 96-109.

Widya. 2008. Ekstraksi alginat. www. alga/ekstraksi alginat.html. Diakses tanggal 6 Mei 2011.

Winarno, F. G. 1990. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Winarno, F.G. (1986). Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar